Connect with us

Selayarnesia

Puana Balang: Sepenggal Cerita dari Sungai Lebo’ Selayar

Published

on

KEPULAUAN SELAYAR — Hidup memang tidak selamanya indah. Tidak pula semudah yang kita bayangkan dalam menjalaninya. Kadangkala ia butuh perjuangan dan kerja keras sedemikian rupa untuk menaklukkannya demi memenuhi kebutuhan.

Sepenggal cerita menarik penuh inspirasi datang dari sebuah sangai kecil di Dusun Lebo’ Desa Kohala Kecamatan Buki. Cerita tentang para pejuang menaklukkan kerasnya hidup dengan menambang pasir dan kerikil. Mereka mengeruk pasir dan mengumpul kerikil di sungai itu dengan alat manual yang sudah pasti memakan waktu yang tidak sedikit.

“I kambe monni Puana Balang, fotomakang nampa nupantamai ri facebook”, demikian ucap salah seorang perempuan penambang kepada Tebarnews.com dengan gaya kocak disertai tawa yang menyala. Dalam bahasa setempat ungkapan perempuan itu bermakna kamilah neneknya sungai dan fotolah kami lalu masukkan ke facebook.

Dari keterangan yang Tebarnews.com himpun (Rabu,  02/03/2017), aktivitas menambang pasir bagi penduduk di sepanjang sungai ini sudah berlangsung sangat lama. Mungkin waktu yang cukup lama menekuni pekerjaan dan selalu berada di sungai inilah yang dijadikan alasan mereka menggelari diri sebagai “Puana Balang”.

Sebagian anggota masyarakat telah menjadikan pekerjaan ini untuk menyambung hidup dan memenuhi kebutuhan. Bahkan dari hasil menambang ini, mereka membiayai pendidikan anak-anaknya hingga beberapa di antaranya telah mencapai gelar sarjana.

Harga untuk pasir yang mereka kumpulkan Rp 250.000, sedangkan kerikil seharga Rp 30.000 masing-masing perkubik. Bagaimana cara menjualnya? Mereka hanya menampung di sekitar sungai, setelah itu pembeli datang untuk mengangkutnya. Karena biasanya mereka bekerja secara berkelompok dengan jumlah anggota sebanyak 4 orang,  maka harga perkubik itu dibagi empat.

Sungguh merupakan sebuah perjuangan hidup, mengantungkan nasib dari butir pasir dan kerikil. (*)

Sumber: Tebar News

 

Selayarnesia

Terlindungi: Kosa Kata Bahasa Selayar Yang Diawal Huruf A

Published

on

Konten ini dilindungi dengan sandi. Masukkan sandi Anda di sini untuk menampilkannya:

Continue Reading

Selayarnesia

Terlindungi: Kosa Kata Bahasa Selayar Yang Diawali Huruf B

Published

on

Konten ini dilindungi dengan sandi. Masukkan sandi Anda di sini untuk menampilkannya:

Continue Reading

Selayarnesia

Orang Selayar Tempo Doeloe Membuat Popcorn Sambil Nyanyi

Published

on

APAKAH anda adalah penyuka film-film bioskop dan sering nonton? Jika iya, pasti anda pernah mendengar atau mencicipi gurihnya Popcorn. Cemilan dari biji jagung ini yang belakangan populer di bioskop ini, ternyata sudah dikenal dan ada sejak abad XVI. Sejarah mencatat bahwa Popcorn telah diabadikan dalam diary Hernando Cortes (1485-1547), sang komando ekspedisi Kerajaan Spanyol dalam agresi penghancuran suku Aztec dan penguasaan Mexico abad XVI. Dalam diary itu disebutkan Popcorn adalah makanan Suku Aztec dan bahkan merupakan kelengkapan sebuah ritual persembahan kepada Dewa Air.

Masyarakat Kepulauan Selayar Provinsi Sulawesi Selatan menyebut cemilan dari biji Jagung ini dengan Bente atau Lappo. Meski belum diketahui kapan orang Selayar mulai mengenalnya, namun dipastikan cemilan ini telah berusia lama karena menjadi kelengkapan ritual di daerah ini.

Cara membuatnya secara tradisional yakni memasukkan biji jagung kering ke dalam sekam (atau ampas kayu setelah digergaji) yang dibakar dan tunggu sejenak hingga mengembang ditandai ledakan kecil. Biji Jagung (atau biasa juga padi) yang telah mengembang dalam Bahasa Selayar disebut bente dan ledakan kecil dinamakan lappo’. Mungkin dari sinilah alasan penamaannya, seperti halnya Popcorn dari kata pop sebagai tiruan dari bunyi ledakan kecil dalam proses pembuatannya dan corn adalah jagung.

Lalu apa sisi menarik dari pembuatan Popcorn ala Selayar bernama Bente itu? Rupanya orang Selayar tempo dulu membuat Bente sambil menyanyikan sebuah lagu pendek. Lagu ini bermuatan do’a atau pengharapan agar kualitas bente ini hasilnya bagus saat pembuatan.

SA (59 Tahun) salah seorang ibu rumah tangga di Kabupaten Kepulauan Selayar kepada Selayarnesia.com mengatakan dirinya meyakini keampuhan nyanyian ini untuk mengasilkan kualitas bente yang baik. Ia juga menuturkan bahwa dalam ritual Assurombasa dahulu (bahkan hingga kini, red), bente ini menjadi salah satu kelengkapannya.

Berikut ini adalah nyanyian saat seseorang atau kelompok membuat Bente atau A’bente, seperti dilantunkan SA:

Bente-bente barra’
Kombong kapasa
Mana’ rea
Janjang urammu
Pakonjo tongi bakka’mu
Sakopo-kopo

Nyanyian tersebut bermakna harapan agar biji Jagung yang dibakar mengembang seperti kapas dan beranak banyak seperti alang-alang. Juga berharap masing-masing biji jagung mengembang baik seperti lainnya.**

Continue Reading

Trending