SEBELUM membahas tentang metode sejarah lebih jauh, maka hal penting yang perlu dipahami terlebih dahulu adalah apa itu metode. Dari asal katanya, metode merupakan bahasa Yunani “methodos” yang berarti cara atau jalan. Dengan demikian, metode menurut kaidah ilmiah merupakan cara kerja atau prosedur kerja dalam rangka memahami obyek sasaran suatu ilmu pengetahuan, Dalam sebuah buku bertajuk “Social Science and Its Methods” (1971) buah pena Peter L. Senn dijelaskan bahwa metode itu adalah suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu dan mempunyai langkah-langkah atau sistematika.
Kaitannya dengan prosedur kerja untuk memahami sesuatu ini, maka metode juga perlu dibedakan dengan metodologi. Kenneth D. Bailey, sang penulis buku “Methods of Social Research” (1987), membedakan metode sebagai teknik penelitian dengan metodologi sebagai falsafah tentang proses penelitian. Metode merupakan alat atau langkah-langkah untuk mengumpulkan data, sedangkan metodologi memuat asumsi-asumsi, nilai-nilai, standar atau kriteria untuk menafsirkan data dan menarik kesimpulan.
Ibrahim Alfian dalam sebuah tulisan berjudul “Tentang Metodologi Sejarah” (1987) mengungkap tentang pentingnya pemahaman mengenai perbedaan antara metode dan metodologi ini, seperti ditulis pakar ekonomi dari New York University, Frits Machlup melalui karya tulisnya yang berjudul “Methodology of Economics and Other Social Science” (1978). Frits Machlup menulis bahwa “bagi orang yang tidak buta huruf lalu tidak dapat membedakan antara metodologi dengan metode tidaklah dapat dimaafkan”.
Lebih lanjut dalam sumber yang sama Frits Machlup sang peneliti yang telah berpuluh tahun berkecimpung dalam masalah metodologi membuat definisi tentang metodologi sebagai” “study of principles that guide student of any field of knowledge, and specially of any branch of higher learning (science) in deciding wheter to accept or reject certain proportion as a part of the body of ordered knowledge in general or of their own discipline (science).”
Dalam bahasa Indonesia pernyataan tersebut kurang lebih bermakna metodologi sebagai studi tentang prinsip-prinsip yang membimbing siswa/mahasiswa (red) dari setiap bidang pengetahuan, dan khususnya dari setiap cabang pendidikan tinggi (sains) dalam memutuskan menerima atau menolak proporsi tertentu sebagai bagian dari tubuh pengetahuan yang teratur secara umum atau dari disiplin ilmu yang bersangkutan.
Setelah memahami pengertian metode sekaligus membedakannya dengan metodologi, maka pertanyaan menarik kemudian yakni bagaimana tahapan kerja atau langkah-langkah sistematis metode sejarah? Perlu dijelaskan bahwa sebaai sebagai sistematika, maka langkah-langkah dari metode sejarah ini tidak dapat dipertukarkan urutan satu dengan lainnya. Tahapan kerja metode sejarah, meliputi: heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi.
Louis Gootschalk, sang penulis buku “Mengerti Sejarah” (1986) menyusun tahapan metode sejarah yang sama maknanya di atas, yakni: (1) pengumpulan objek yang berasal dari jaman itu dan pengumpulan bahan-bahan tercetak, tertulis, dan lisan yang boleh jadi relevan, (2) menyingkirkan bahan-bahan (atau bagian-bagian daripadanya) yang tidak otentik, (3) menyimpulkan kesaksian yang dapat dipercaya mengenai bahan-bahan yang otentik, dan (4) menyusun kesaksian yang dapat dipercaya itu menjadi suatu kisah atau penyajian yang berarti.
Heuristik
Dalam sebuah buku berjudul “Ilmu Sejarah Sebuah Pengantar” (2014) karya M. Dien Madjid, dijelaskan bahwa heuristik berasal dari bahasa Yunani heuristiken yang berarti menemukan atau mengumpulkan sumber. Sumber dalam penelitian sejarah yang dimaksud yakni berupa catatan-catatan, kesaksian, serta fakta-fakta lain yang dapat memberikan keterangan tentang sebuah peristiwa menyangkut kehidupan manusia. Hal inilah yang dapat dikategorikan sebagai sumber sejarah.
Melalui buku ini juga dijelaskan sumber-sumber sejarah yang dibedakan menjadi 3 kategori, yakni: (1) Sumber kebendaan atau material (material sources), yakni sumber sejarah berupa benda yang dapat dilihat secara fisik. Sumber fisik ada yang berupa sumber tertulis, seperti: dokumen, arsip, surat, catatan harian, foto, dan file. Sumber fisik lainnya berupa benda atau artefak seperti keramik, alat rumah tangga, senjata, alat pertanian atau berburu, lukisan, dan perhiasan. Adapun tempat dimana benda-benda tersebut berada sesuai dengan fungsinya disebut situs; (2) Sumber non-kebendaan atau immaterial (imaterial sources) yakni berupa tradisi agama, kepercaaan, dan lainnya; dan (3) Sumber lisan, yakni berupa kesaksian, hikayat, tembang, kidung, dan lainnya.
Heuristik dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti: studi kepustakaan, studi kearsipan, wawancara, dan observasi.
Kritik
Kritik merupakan tahapan dimana setelah mengumpulkan aneka sumber baik benda, tertulis, maupun lisan, diverifikasi melalui uji kritik baik secara internal maupun eksternal. Kritik internal dilakukan dengan cara menilai kelayakan atau kredibilitas sumber kaitannya dengan kebenaran suatu peristiwa. Sementara itu, kritik eksternal dilakukan untuk mengecek keabsahan serta autentitas sumber, seperti: pengecekan waktu penerbitan dokumen (tanggal, bulan, tahun), mengecek bahan kertas atau wadah tempat menulis, serta memastikan keaslian suatu sumber.
Interpretasi
Interpretasi atau penafsiran adalah tahapan yang dilakukan peneliti setelah melakukan penyusunan fakta-fakta. Fakta-fakta yang terkumpul itu digabungkan satu dengan lainnya hingga membentuk suatu cerita berkausalitas. Menemukakan kausalitas menjadi urgen karena kadangkala kegagalan membuat interpretasi kerap disebabkan oleh beberapa fakta yang tidak memiliki kausalitas.
Historiografi
Historiografi merupakan tahap akhir dari seluruh rangakaian penelitian sejarah. Pada tahap ini fakta-fakta yang telah diformulasi dan diinterpretasi selanjutnya dirangkai dan disusun menjadi satu tulisan yang mengungkap misalnya: bagaimana awal keberadaan (latar/sebab) peristiwa, perkembangan atau jalannya peristiwa, dan akhir atau pengaruh suatu peristiwa.
References
Ahmadin. (2013). Metode Penelitian Sosial. Makassar: Rayhan Intermedia.
Alfian, I. (1987). Tentang Metodologi Sejarah” dalam Dari Babad dan Hikayat Sampai Sejarah Kritis. Yogyakarta: Gama Press.
Bailey, K. D. (1987). Method of Social Research. New York: Free Press.
Gootschalk, L. (1986). Mengerti Sejarah. Jakarta: UI Press.
Machlup, F. (. (1987). Methodology of Economics and Other Social Science. New York: Academic Press.
Madjid, M. D. (2014). Ilmu Sejarah Sebuah Pengantar. Jakarta: Prenada Media.
Senn, P. L. (1971). Social Science and Its Method. Boston: Holdbrook.
[Penulis: Ahmadin, Dosen Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar]
Setelah membaca materi ini, silahkan mengerjakan soal latihan dengan cara klik KUIS
You must be logged in to post a comment Login