Connect with us

Buku Karya Ahmadin Umar

Menemukan Makassar di Lorong Waktu

Published

on

Makassar memiliki sejumlah keistimewaan, selain karena kota ini adalah bekas pusat kekuasaan Kerajaan Kembar Gowa-Tallo, ia juga memiliki aneka tinggalan bersejarah.

Buku karangan Ahmadin Umar ini antara antara lain membahas kiprah H.M. Daeng Patompo yang telah berhasil secara spektakuler menggiring Makassar ke pergaulan global, yang dilukiskan identik dengan restorasi Tenno Maiji di Jepang.

Buku Menemukan Makassar di Lorong Waktu mengajak pembaca berziarah ke masa lampau dalam narasi kota lama berikut kisah menariknya.

Baca di....Google Scholar

DOI: http://doi.org/10.36653/mmlw

Format Sitasi:

MLA — Ahmadin, A. Menemukan Makassar di Lorong Waktu. Pustaka Refleksi, 2009.

APA — Ahmadin, A. (2009) Menemukan Makassar di Lorong Waktu. Pustaka Refleksi.

Chicago — Ahmadin, A. Menemukan Makassar di Lorong Waktu. Pustaka Refleksi, 2009.

Harvard — Ahmadin, A. 2009. Menemukan Makassar di Lorong Waktu. Pustaka Refleksi, 2009.

Vancouver — Ahmadin, A. Menemukan Makassar di Lorong Waktu. Pustaka Refleksi; 2009.

Buku Karya Ahmadin Umar

Sejarah Peradaban Islam

Published

on

BUKU ini memuat perjalanan panjang sejarah peradaban Islam yang dimulai kajian tentang struktur spasial, struktur sosial, serta agama dan kepercayaan masyarakat Arab pra-Islam. Setelah itu, diulas perkembangan Islam periode awal dengan unit kajian, yakni Islam periode Mekkah dan Madinah yang menunjukkan dua kondisi yang kontradiktif dari segi penerimaan Islam sekaligus menjadi faktor penarik dan pendorong terjadinya peristiwa hijrah.

Spesifikasi Buku:

  • Judul buku: Sejarah Peradaban Islam
  • Pengarang: Dr. Ahmadin, S.Ag, S.Pd, M.Pd
  • Penerbit: Prenada Media, Jakarta
  • Ukuran: 13,5 x 20,5 cm
  • Tebal: 172 hlm.

Continue Reading

Buku Karya Ahmadin Umar

Pelautkah Orang Selayar?: Tanadoang Dalam Catatan Sejarah Maritim

Published

on

PERANAN penting pulau yang juga sering dijuluki “Tana Doang” dimasa lampau ini, ibarat sebuah kenangan lama yang sudah kabur dan nyaris terkubur. Bahkan terkesan ironis karena bukan hanya orang Sulawesi Selatan secara umum yang kabur akan persoalan ini, tetapi Orang Selayar sendiri juga mengalami hal serupa sehingga membutuhkan sebuah pencerahan. Karena itu, tidak jarang muncul pertanyaan benarkah Selayar yang masih memiliki aneka tinggalan sejarah yang berhubungan dengan sektor kemaritiman ini adalah bukti bahwa orang yang berada di pulau ini adalah pelaut.

Buku ini memberikan gambaran deskriptif tentang peran Selayar dalam panggung sejarah maritim. Sebagai starting point memasuki sisi-sisi penting dari kajian ini, maka karakter Orang Selayar diletakkan sebagai pembahasan awal sekaligus pengenalan lebih dekat terhadap suku Ghele ini. Karakter sosio-kultural suatu masyarakat, secara fundamental berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan dan pilihan-pilihan hidupnya. Karena itu, mengetahui mentalitas suku pemakai bahasa dialek Makassar ini, mutlak dilakukan dalam upaya menelusuri jiwa kebahariannya.

Mengingat adanya ragam penafsiran terhadap makna kata Selayar, maka kajian berikutnya dalam buku ini digambarkan mengenai asal usul penamaannya yang juga berkonotasi maritim. Demikian pula segenap potensi yang dimiliki, digambarkan berdasarkan hampiran teori Alfred Thayer Mahan tentang 6 (enam) unsur yang menentukan dapat tidaknya kekuatan laut suatu negara berkembang.

Bagian berikutnya diulas tentang Tradisi Nyombala dengan menggunakan hampiran teori push-factors dan full-factors penyebab terjadinya migrasi. Pendekatan ini dimaksudkan untuk mengetahui motif yang mendorong orang Selayar meninggalkan kampung halaman, apakah karena jiwa bahari atau naluri perantau. Belum lagi terjawab teka-teki menyangkut sisi kelampauan penghuni pulau terselatan dari Jazirah Celebes ini, mereka harus berbaur di antara kepenasaranan kolektif tentang keberadaan sejumlah benda bersejarah. Karena itu, Nekara Perunggu yang telah dijadikan benda ritual penduduk setempat keberadaannya dihubungkan dengan kebudayaan Dongsong. Demikian pula jangkar raksasa yang telah dimitos-kultuskan sebagai balango lopinna Sawerigading (jangkar perahu Sawerigading), dikaji dalam hubungannya dengan kiprah pulau ini di masa lampau. Untuk mensinergikan impian pemerintah menjadikan Selayar sebagai kabupaten maritim dengan segenap potensi yang dimiliki, maka peranan penting pulau ini dalam jaringan pelayaran dan perdagangan juga dianalisis secara historis.

Melengkapi kajian ini maka digambarkan mengenai kabupaten maritim dalam pergumulan antara cita-cita dan realita, dan diakhiri dengan sulitnya mencetak generasi pelaut karena problema mentalitas. Mengingat kabupaten ini memiliki wilayah administatif sangat luas serta penduduk yang tersebar di berbagai pulau, maka kajian secara komprehensif terhadapnya sangat sulit untuk dilakukan. Karena itu, dengan beberapa alasan kajian ini hanya dibatasi pada deskripsi sekitar orang Selayar daratan yang juga banyak bermukim di sepanjang pantai dari pelabuhan Pamatata (di sebelah utara) hingga Appatana (di sebelah selatan) serta pantai timur. Pertama, batasan spasial ini memang harus diakui tidak meng-cover secara representatif masyarakat Selayar secara keseluruhan terutama yang mendiami wilayah kepulauan. Akan tetapi, Selayar daratan sengaja dipilih sebagai lingkup kajian karena merupakan basis dinamika masyarakat asli. Sebaliknya, masyarakat pulau telah terkontaminasi secara integratif dalam proses akulturasi budaya. Kedua, di Selayar daratan merupakan basis pembentukan karakter lokal sebagai warisan masyarakat pra kerajaan, masa kerajaan, masa Gallarang, dan masa penting lainnya di Tana Doang. Karena itu, mentalitas yang terpola sebagai warisan setiap masa tersebut menjadi penentu kecenderungan, corak, dan pilihan hidup masyarakat Selayar kemudian.

Deretan uraian yang mengisi setiap bagian dari buku ini, akan menjawab pertanyaan mengenai “Pelautkah Orang Selayar”, berdasarkan bukti-bukti sejarah. Bahkan akan menjadi bukti apakah orang Selayar memang pelaut dengan sejumlah kelebihan yang dimiliki atau justru hanya sebuah kebanggaan apologik di atas wacana tanpa realita.

Spesifikasi Buku:

  • Pengarang: Ahmadin
  • Penerbit: Ombak, Yogyakarta
  • Ukuran: 12 × 18 cm
  • Tebal: 186 hlm
  • Terbit: 2006

Ahmadin, A. (2006). Pelautkah Orang Selayar: Tana Doang dalam Catatan Sejarah Maritim. Ombak.

Continue Reading

Buku Karya Ahmadin Umar

Metode Penelitian Sosial

Published

on

TATKALA Bryan S. Turner menghamparkan sebuah prawacana tentang agenda baru teori sosial, ia berangkat dari statement bahwa teori sosial menyediakan kerangka filsafat dan analisis untuk mengembangkan ilmu-ilmu pengetahuan sosial.

Menurut guru besar sosiologi dan kepala Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Cambridge ini, teori sosial melestarikan prestasi-prestasi masa lalu, mencatat berbagai kebutuhan dan keterbatasan masa kini, dan memandu jalan ke penelitian tentang berbagai isu serta persoalan masa depan. Lalu bagaimana posisi teori sosial dan peran metode penelitian di tengah laju perubahan zaman tersebut?.

Dinamika masyarakat dan perubahan sosial yang bergerak demikian cepat, melahirkan kompleksitas persoalan yang senantiasa membutuhkan sentuhan teoretik untuk menanganinya. Namun demikian, seberapa tangguh dan terakuinya teori sosial tertentu, tidak serta merta menjadikannya baku untuk diaplikasikan pada semua masalah sosial. Mengapa?. Ada berbagai tradisi dan aliran (rumpun) teori yang kerap berbeda dalam melihat kutub makna suatu persoalan. Bahkan kecenderungan mempertengkarkan dua arus tradisi penelitian yakni penelitian kuantitatif yang bersandar pada filsafat positivisme dan kualitatif yang dibangun di atas fondasi filsafat fenomenologi, menambah item problema metodologis dalam penelitian sosial.

Buku ini juga mendeskripsikan ikhwal perbedaan orientasi kajian dan implementasi metodologis antara jenis penelitian kuantitatif dan kualitatif tersebut. Namun tidak dalam rangka mendikotomi keduanya pada posisi saing yang dikontraskan serta bukan pula dimaksudkan untuk menentukan salah satu di antaranya yang efektif dan lainnya tidak. Sebaliknya, lebih pada upaya menggambarkan keduanya dalam upaya penemukenalan elemen subtantif masing-masing. Dengan demikian, keduanya dapat menjadi alternatif pilihan bagi para peneliti berdasarkan selera/keinginan, masalah yang diteliti, serta jenis data yang diperlukan dalam penelitian.

Baca selengkapnya……..

Spesifikasi Buku:

  • Pengarang: Ahmadin
  • Penerbit: Rayhan Intermedia
  • Ukuran: 14 x 21 cm
  • Tebal: 122 hlm
  • Cetakan: I, Agustus 2013
  • ISBN: 978-979-15726-5-1

Continue Reading

Trending