Connect with us

Travel

Mencari Rumah Tuhan di Hong Kong

Published

on

Islamic Center Kowloon, sebuah masjid yang berlokasi di tikungan antara jalan Nathan dan Haiphong. - Foto: Ahmadin Umar

HONG KONG — Adakah “Rumah Tuhan” di Hong Kong?, sebuah pertanyaan penting khususnya bagi kaum muslim yang hendak berwisata ke negeri ini. Betapa tidak, tempat ini adalah kebutuhan vital paling wahid di samping obyek wisata.

Mencari “Rumah Tuhan” di Hong Kong ternyata tak sulit seperti yang dikhawatirkan. Sehabis menikmati menu halal pada sebuah Restoran Indonesia di Kowloon, Hong Kong siang itu (01/11/2017), bus yang aku tumpangi mengantar dan lalu berhenti tidak jauh dari sebuah masjid. Suara adzan baru saja berkomandan saat aku turun dari bus menuju rumah Tuhan ini yang dari papan namanya terlihat bertuliskan “Islamic Center Kowloon”.

Masjid Kowloon ini akrab disebut Islamic Center Kowloon, yang merupakan salah satu dari masjid utama di Hong Kong. Masjid ini terletak di tikungan antara jalan Nathan dan Jalan Haiphong, serta di sebelahnya adalah Kowloon Park. Di masjid inilah aku menuaikan ibadah shalat Dhuhur.

Pada masjid Kowloon ini terdapat tiga ruang shalat dan sebuah ruang pertemuan. Bahkan terdapat sebuah klinik medis dan perpustakaan.

Baca selengkapnya……

*** Catatan perjalanan Ahmadin Umar di Hong Kong (Dimuat di Tebarnews.com)

Continue Reading
Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Travel

Kamar 1617 Hotel Best Western Kota Kowloon Hong Kong

Published

on

Ilustrasi, Kota Hong Kong. - Photo: kkday.com

KOWLOON, HONG KONG — Di atas sebuah spring bed pada kamar 1617 hotel berbintang 4 bernama Best Western itu, kurebahkan tubuhku sejenak melepas lelah. Sejurus kemudian aku menyambar bungkusan makanan di atas sebuah meja lalu menikmatinya. Sebuah menu halal nasi goreng ala Indonesia dengan campuran sea food, dadar telur, dan kerupuk Jawa. Untuk ukuran perut yang sedang kosong dan lapar yang sangat, tentu menu ini cukup gurih.

Aku tak sanggup menghabiskan menu itu. Apakah tidak enak? Tentu saja bukan. Mungkin karena waktu makan sudah lewat, sehingga selera mulai menurun perlahan. Akhirnya, separuh dari nasi goreng bungkus ini harus tersisa dan aku bungkus kembali dengan seikat karet. Bukan untuk dibuang di tempat sampah menunggu basi dan lalu jadi konsumsi semut, tapi akan menjadi teman begadang malam itu.

Sedikit begadang untuk malam pertama di Hong Kong, menurutku penting untuk sebuah misi ilmiah. Ada prapengetahuan hasil bacaan yang harus aku perjumpakan dan bahkan didialogkan dengan fakta yang kujumpai sekarang. Selain itu, aku juga mendapat amanah untuk membuat sebuah laporan jurnalistik (catatan perjalanan) mengenai Hong Kong yang akan dimuat di portal berita Tebar News. Bahkan teman-teman penulis di Kota Makassar, melalui SMS selalu mengingatkan agar tidak lupa membawa oleh-oleh sepulang dari Hong Kong yakni berupa tulisan.

Selama ini aku hanya mengenal Hong Kong lewat bacaan buku-buku sejarah Asia Timur, koran dan surat kabar, lewat situs-situs internet, serta cerita lisan dari orang-orang. Tapi sekarang semua itu mewujud dalam rupa pengalaman langsung karena mendapat kesempatan berkunjung ke sini. Dan sebagian kecil atau separuhnya telah kunikmati sepanjang perjalanan selama kurang lebih 45 menit dari bandara.

Hong Kong memang hanya sebuah negeri kecil dan lebih luas Pulau Dewata Bali. Seperti yang pernah aku baca, luas wilayahnya hanya 2.755 km2, sedangkan luas Pulau Bali adalah 5.780 km2. Wilayah yang sempit ini inilah yang “memaksa” pihak pemerintah Hong Kong memaksimalkan pembangunan negerinya. Menciptakan ruang-ruang produk reklamasi hingga bertumbuhlah gedung-gedung pencakar langit dan ruang-ruang kota yang baru.

Tak pelak lagi Hong Kong pun menjelma kota paling vertikal di dunia. Ia terkenal sebagai salah satu negara di Asia yang banyak dikunjungi para wisatawan dan bahkan meraih predikat sebagai destinasi wisata ternama ke-11 dunia.

Siapa yang tidak kenal Hong Kong?, ia adalah salah satu kota termasyhur dunia yang berlokasi di bagian tenggara Tiongkok, tepatnya di Pearl River Estuari dan Laut Tiongkok Selatan. Kota ini tertabur gedung-gedung pencakar langit serta memiliki Victoria Harbour yang merupakan sebuah pelabuhan terbesar Asia dan menempati ranking ke-3 dunia setelah San Francisco di Amerika Serikat dan Rio De Janeiro di Brasil. Begitulah sejarah menjelaskan tentang perkembangan dan kemajuan negeri ini.

Dingin malam mulai menggigit tubuhku. Meresap ke dalam pori-pori kulit, menusuk tulang sum-sum dan akupun menggigil. Perpaduan iklim Hong Kong di waktu malam yang mencapai 19 derajat celcius dengan dingin AC kamar, membuat tubuhku tak kuasa melawannya.

Segera kuraih jaket yang sebelumnya kugantung di salah satu sudut kamar lalu memakainya. Jaket berbahan kain tebal ini sedikit membantu mencipta hangat sebagian tubuhku. Sementara di sebelahku sang istri tercinta yang juga turut dalam perjalanan ini kulihat telah lelap dalam mimpinya, dengan selimut tebal 90 persen menutupi tubuhnya karena kedinginan.

Sebuah minuman susu instant dalam kemasan kulihat sudah tersedia di atas meja kecil di sudut sana. Segera kuhampiri dan meneguknya separuh. Aku berharap segelas minuman dan sedikit kue kering ini membantuku menemukan berbagai inspirasi menulis sehingga benar-benar dapat membawakan oleh-oleh tulisan untuk para sahabatku seperti yang mereka minta.

Tidak seperti biasa yang menggunakan malam untuk membenahi produk di toko online milikku, malam itu kembali aku meneruskan proses permenungan. Aku berusaha menyusun lupa dan menata ingat tentang sejarah. Tentang Hong Kong masa lampau.  Dan sebagai mantan mahasiswa yang pernah mengkaji kota dalam perspektif sosiologi ruang dengan pendekatan sejarah, aku tertarik memulai proses penemukenalan kembali Kota Hong Kong dari aspek ruang geografis.

Kucoba mengingat kembali beberapa konsep ruang kota yang pernah kutulis saat menyelesaikan studi program doktoral 2011 lalu.

“Kota secara sosial terbentuk bukan tanpa intervensi manusia, melainkan sarat dengan dinamika lembaga maupun relasi sosial. Bahkan berbagai ruang dalam kota yang telah diberi dan memiliki makna sedemikian rupa, sesungguhnya dibentuk oleh suatu proses sosial yang senantiasa mengalami perubahan dari masa ke masa”, kurang lebih seperti itulah prawacana yang pernah kutulis.

Terbayang kembali bagaimana seorang Hans Dieter Evers, sang penulis buku “Makna Kekuasaan Dalam Ruang-Ruang Sosial di Asia Tenggara” menulis 3 (tiga) desain kontruksi (kontruksi emik, kontruksi kultural, dan konstruksi ekonomi) yang digunakan sebagai kerangka konseptual untuk melihat ikhwal perubahan kota.

Dari sini aku membayangkan sosok-sosok arsitek tangguh dan para perencana kota visioner yang ada di balik mega proyek pembangunan megah Kota Hong Kong yang konon memiliki lebih dari 7.600 gedung pencakar langit.

“Tapi sudahlah, sebaiknya aku simpan dulu daftar pertanyaan ini sembari menunggu kunjungan esok hari”, kataku dalam hati.

Rasa penasaran berlanjut tentang geografi Hong Kong yang masih mengganjal di benak, mengajakku meraih sebuah gadget dari dalam sebuah tas.

Segera kubuka situs Wikipedia dan membacanya. Dari situ aku mengetahui bahwa posisi Hong Kong secara geografis yang teletak di laut Tiongkok Selatan, 60 km (37 ml) sebelah timur Makau di sisi berlawanan dari Pearl River Delta. Hong Kong dikelilingi Laut Tiongkok Selatan di timur, selatan, dan barat, serta berbatasan dengan Kota Shenzhen di utara, di seberang Sungai Sham Chun (Sungai Shenzhen).

Dari Wikipedia juga aku membaca dan menemukan bahwa sebagian besar daratan Hong Kong terdiri atas pegunungan dengan tingkat kecuraman tajam dan ini menyebabkan kurang dari 25 persen luas daerahnya yang terbangun. Selebihnya sekitar 40 persen luas daratan dijadikan taman kota dan cagar alam.

Satu hal menarik dari informasi ini bahwa vegetasi ketinggian rendah di Hong Kong didominasi oleh hutan hujan sekunder, karena hutan primernya telah hancur saat Perang Dunia II. Lalu di mana konsentrasi pembangunan kotanya?.

Eksiklopedia online ini menjelaskan sebagian besar pengembangan kota kawasan ini berada di Semenajung Kowloon tepatnya di sepanjang pesisir utara Pulau Hong Kong dan seluruh New Territories. Adapun titik tertinggi di negara ini adalah Tai Mo Shan, yakni 957 meter (3.140 ft) di atas permukaan laut.

Struktur spasial Hong Kong dengan kawasan pesisir yang memanjang, menjadikan ia memiliki banyak sungai dan pantai. Tidak heran jika UNESCO pada 18 September 2011 lalu, memasukkan Hong Kong National Geopark ke dalam Global Geoparks Network. Adapun Hong Kong Geopark ini terdiri atas 8 geo-area yang terbagi sepanjang kawasan batuan vulkanik Sai Kung dan kawasan batuan sedimen timur laut New Territories.

Dari Kamar 1617 Hotel Best Western ini, setidaknya proses “meraba semesta Hong Kong” kembali berlanjut meski via perpaduan ingatan bacaan sejarah dan bacaan ensiklopedia online bernama Wikipedia. Ziarah ke masa lampau Hong Kong tak terasa membawaku ke puncak malam dan waktu Hong Kong sudah menunjuk pukul 24.00 WH. Aku kemudian…………

*** Catatan perjalanan Ahmadin Umar di Hong Kong (2017) dan selengkapnya dapat dibaca di Buku “Meraba Semesta Hong Kong”

Continue Reading

Travel

Pelangi di Puncak Bollangi: Wisata Gowa Yang Mirip Raja Ampat

Published

on

GOWA Puncak atau Bukit Bollangi merupakan obyek wisata yang berlokasi di Desa Timbuseng Kecamatan Pattalassang Kabupaten Gowa dan belakangan ini lagi viral di Media Sosial. Betapa tidak, banyak pihak menyebut obyek wisata benama Bollangi Ampat ini mirip dengan destinasi wisata Raja Ampat di Papua Barat. Benarkah demikian? Lalu apa dan mengapa Purnama di Puncak Bollangi?

Selengkapnya…….

Continue Reading

Travel

Restoran Halal di Hong Kong Sejak 1950

Published

on

Islam Food, Sebuah restoran tua Hong Kong yang berlokasi di 1 Lung Kong Road, Kowloon City. - Foto: Ahmadin Umar

HONG KONG – Salah satu hal penting sering dipertanyakan oleh para traveler muslim saat berwisata ke Hong Kong yakni di mana warung makan atau restoran yang menyediakan menu halal di negeri ini?. Pertanyaan ini pun sempat hinggap dalam benak aku saat berkunjung dan berada negeri ini, 31 Oktober hingga 4 Nopember 2017. Ternyata khawatiranku salah dan di Hong Kong negeri favorit yang menjadi idaman para wisatawan memiliki banyak restoran halal.

Jika anda adalah seorang muslim ingin menikmati keindahan destinasi wisata Hong Kong, tentu tidak perlu ragu karena di negeri ini sangat welcome bagi kaum muslim. Sebut saja salah satu tempat makan penyedia menu halal adalah Restoran Islam Food, sebuah restoran yang terbilang tua di Hong Kong dan telah melayani pelanggannya sejak 1950. Saat hendak masuk ke restoran ini, aku melihat di bagian depan tertulis “Since 1950”. Restoran tua Hong Kong ini berlokasi di 1 Lung Kong Road, Kowloon City.

Malam itu Rabu (01/11/2017) aku dan beberapa teman sempat menikmati menu khas restoran Islam Food ini. Kami memesan paket makanan dengan menu seperti nasi putih, dadar telur, sop ayam, sate daging goreng, serta beberapa jenis menu halal lainnya. Beberapa teman memesan minum berupa orange juice dan lainnya cukup menikmati teh manis.

Tidak hanya itu, bagi anda penggemar masakan bebek, bisa mendapatkannya di Restoran Nasi Bebek Wai Kee yang berlokasi di Shop 5, Bowrington Road Cooked Food Centre, 1/F, Bowrington Road Market, 21 Bowrinton Road, Wan Chai. Menurut pendamping perjalanan kami, restoran ini terkenal dengan ciri khasnya yakni menu nasi bebek yang terbaik di Hong Kong. Di restoran halal yang buka mulai pukul 10.00 pagi hingga pukul 06.00 sore ini, juga menyediakan kare daging bagi penggemar kuliner jenis ini. Bahkan aneka mie, seperti mie bebek panggang juga tersedia serta jenis menu lainnya.

Khusus bagi para traveler yang doyan menyantap rendang daging kambing, dapat menemukan menu jenis ini di tempat makan Ma’s Restaurant yang berlokasi di Shop A, G/F, 21-25 Cheung Sha Wan Road, Sham Shui Po. Restoran penyedia paket masakan daging kambing ini waktu bukanya agak lama yakni mulai pulul 11.30 pagi hingga pukul 11.00 malam. Dari Exit E, Stasiun MTR Prince Edward, kita bisa berjalan kaki menuju restoran ini dengan jarak tempuh sekira 5 hingga 7 menit.

Apakah anda pecinta hidangan halal ala Kanton asli?, nah…anda dapat menikmatinya di Kantin Islamic Centre Masjid Ammar and Osman Ramju Sadick. Kantin yang terletak di lantai 3 Islamic Centre ini, berlokasi di 40 Oi Kwan Road, Wan Chai. Tempat ini bisa dikunjungi dengan berjalan kaki sekira 5 menit dari arah Exit A, Stasiun MTR Causeway Bay. Bahkan di tempat makan ini dapat dinikmati aneka menu halal hingga larut malam, sebab restorannya buka mulai pukul 10.00 pagi hingga pukul 03.00 dini hari. Tapi ingat, di restoran ini hanya bisa menikmati makanan di tempat dan tidak boleh membungkus sisa makanan untuk dibawa pulang.

Selama di Hong Kong aku juga menikamati menu di restoran halal lainnya yakni cita rasa khas menu masakan Nusantara yakni di Restoran Indonesia. Aura Indonesia memang sangat kental di tempat ini, di mana pelayannya juga berbahasa Indonesia.

Kira-kira seperti itulah gambaran singkat tentang restoran-restoran penyedia menu halal di Hong Kong. Semoga informasi ini bermanfaat untuk anda, terutama yang muslim.**

[Penulis: Ahmadin Umar, Kamar 1617 Hotel Best Western, Kowloon-Hong Kong, 2 Nopember 2017].

[Dimuat di TebarNews.com]

Continue Reading

Trending