MENGKAJI tentang kehidupan politik, sosial, ekonomi, dan budaya Kerajaan-kerajaan Kuno di Asia Tenggara, maka bahasan ini setidaknya dimulai dari zaman prasejarah. Ada tiga pertanyaan mendasar yakni bagaimana typikal masyarakat masa pertanian awal di Asia Tenggara?, apa penciri zaman perundagian awal di Semenanjung Asia Tenggara?, serta bagaimana kondisi zaman Asia Tenggara Kepulauan masa Neolitik akhir?.
Kehidupan sosial ekonomi masyarakat Asia Tenggara masa Prasejarah dicirikan oleh pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas berburu dan mengumpulkan bahan makanan. Dalam perkembangannya, pertanian kemudian menjadi ciri ekonomi, disamping aktivitas beternak hewan seperti babi, anjing, dan ayam yang telah dikenal sejak ribuan tahun lalu. Sebagai ciri masyarakat agraris, tidak banyak diketahui mengenai kehidupan sosial dan politiknya kecuali kecenderungan status sosial seseorang dllihat melalui indikator kepemilikan bahan makanan (dan atau harta) dan pesta yang melibatkan orang banyak. Mereka yang sering menggelar pesta dari hasil kerja keras selama bertahun-tahun, itulah yang dianggap sebagai kaum elit dan berkat kegiatan berpesta inilah ia dikenang oleh masyarakat. Kebiasaan menggelar acara pesta karena hasil pertanian melimpah ini, menjadi penciri kehidupan masyarakat di seluruh Asia Tenggara termasuk hingga di Papua.
Jenis komoditi seperti ubi jalar menjadi prioritas tanaman pertanian di Papua dan atau pada berbagai wilayah Indonesia lainnya. Masa ini telah dikenal semacam pembagian kerja antara kaum Adam dan Hawa berupa kegiatan menanam menjadi tugas kaum wanita, sedangkan kegiatan pengolahan dan penyiapan lahan termasuk membuat pagar kebun menjadi tugas kaum pria. Beberapa sumber sejarah menyebutkan khusus tradisi bercocok tanam padi di sawah di Asia Tenggara, merupakan warisan Masyarakat Tiongkok di Lembah Sungai Yangtse dan Yunnan.
Pada masa Perundagian awal di Asia Tenggara, dikenal suatu keterampilan mengolah logam dimana masyarakat yang terkenal melakukan ini adalah penduduk yang berdiam di Dongson sebuah daerah yang saat ini berada di wilayah administratif negara Vietnam. Tidak heran jika di kelak kemudian hari penemuan benda-benda jenis atau berbahan logam, selalu dihubungkaitkkan dengan eksistensi kebudayaan Dongson abad ke-5 SM. Jika Dongson disebut sebagai pewaris kebudayaan logam tertua, maka penduduk Thailand juga populer terutama di daerah Ban Chiang yang diperkirakan berlangsung sejak 3.000 SM. Tersebutlah Bangsa Melayu sekitar 2.500 SM menyebar dan berdiaspora ke berbagai wilayah di semenajung Asia Tenggara mengenalkan keterampilan mengolah logam ini. Pada sekitar 1.500 SM orang-orang bersuku bangsa Mom mulai bermukim di Burma dan lalu disusul kemudian oleh Suku Bangsa Tai asal Tiongkok.
Lalu kerajaan-kerajaan kuno apa saja di Asia Tenggara yang akan dibahas pada kajian ini? Ada dua kategori utama yakni kerajaan-kerajaan bercorak agraris dan kerajaan-kerajaan berciri maritim. Sebut saja Kerajaan Ayutthaya merupakan kerajaan bercorak agraris yang berlokasi di Delta Sungai Chao Phraya dan kerajaan agraris lainnya yakni Kerajaan Khmer yang berlokasi di Tonle Sap. Sementara itu, kerajaan-kerajaan berciri maritim di Asia Tenggara yang terkenal dengan aktivitas perdagangan maritimnya adalah Kerajaan Malaka dan Kerajaan Sriwijaya.
Khusus kehidupan sosial politik maupun sistem religi kerajaan-kerajaan kuno di Asia Tenggara, periode awal tidak banyak diketahui kecuali sejak masuknya pengaruh budaya India yang mengenalkan serta mewarisi ajaran Hindu-Budha. Satu kenyataan historis yang perlu dikemukakan bahwa umumnya kerajaan-kerajaan di semenanjung atau daratan Asia Tenggara beragama Budha, sedangkan kerajaan-kerajaan di Kepulauan Melayu (Nusantara) beragama Hindu. Tiga negara yakni Myanmar, Kamboja, dan Vietnam, merupakan jelmaan atau perwujudan dari kerajaan-kerajaan kuno di semenanjung.
Myanmar (Burma) pada masa prasejarah tidak banyak menunjukkan perbedaan mendasar dengan negeri lainnya dari aspek kebudayaan. Pada Kala Pleistosen penciri alatnya berupa kapak yang diolah dari lempengan batu. Temuan warisan alat berbahan batu di wilayah Burma inilah yang menjadi petunjuk secara arkeologis bahwa daerah ini sudah berpenghuni sejak zaman prasejarah. Bahkan diidentifikasi bahwa keserupaan alat yang dihasilkan di Jawa sebagai produk Homo Wajakensis, menjadi petunjuk yang mengasumsikan bahwa di Burma juga pernah hidup dan bermukim species sejenis.

Kamboja yang sekarang ini menjadi sebuah negara berbentuk monarki konstitusional, sesungguhnya merupakan jelmaan atau penerus dari Kekaisaran Khmer. Sejarah mencatat bahwa Khmer pernah menorehkan prestasi gemilangnya yakni menguasai seluruh wilayah Semenanjung Indocina pada kurun abad ke-11 hingga abad ke-14. Pada sebelah barat wiayah Kamboja berbatasan dengan Thailand, di utara dengan Laos, di timur dengan Vietnam, dan di bagian selatan Teluk Thailand. Adalah Sungai Mekong dan Danau Tonle Sap melintasi negara Kamboja. Ciri menonjol dari kebudayaan Kamboja yakni terjadi pada abad 1 M, sedangkan 3 abad setelah itu Negara Funan dan Chenla bersatu membangun Kamboja yang secara kultural dekat dan dipengaruhi oleh Cina dan India. Dalam perkembangannya kedua kekuasaan ini runtuh dan digantikan oleh Kerajaan Khmer yang berkuasa dalam kurun abad ke-9 hingga abad 13.
Vietnam sebelum menjelma Republik Sosialis Vietnam, pusat aktivitas penduduknya mayoritas berada di bawah hegemoni Kekaisaran Tiongkok terutama sejak abad 11 SM hingga 10 M. Negara paling timur Semenajung Indocina di Kawasan Asia Tenggara ini, menikmati kemerdekaan politisnya dan lalu menggunakan “Champa” sebagai nama negara yakni pada 939 M. Dari sinilah bermula pengembangan peradaban dan kebudayaan berbasis identitas bangsa sendiri yang kemudian membentuk kelompok etnis terbesar yakni Viet dan Kinh. Penduduknya mendiami delta-delta endapan dan dataran rendah di tepi pantai. Orang-orang bersuku bangsa Kinh inilah yang banyak memberi warna dalam kehidupan sosial di negara ini, karena kiprahnya dalam bidang politik dan ekonomi.
Demikian gambaran singkat mengenai kehidupan politik, sosial, ekonomi, dan budaya Kerajaan-kerajaan Kuno di Asia Tenggara, sebagai prapemahaman untuk mengkaji perkembangan negara-negara di kawasan ini pada periode masuknya pengaruh India, Islam, hingga periode modern.
[Penulis, Dr. Ahmadin, S.Pd., M.Pd, Pengajar Mata Kuliah Sejarah Asia Tenggara Prodi Sejarah UNM; Diolah dari berbagai sumber].
*Setelah membaca materi ini, silahkan jawab beberapa pertanyaan berikut ini dengan cara klik KUIS
You must be logged in to post a comment Login