Connect with us

Selayarnesia

Juku’ Pila’: Ikan Kering Asin Khas Selayar

Published

on

JUKU’ PILA’ adalah nama ikan kering olahan masyarakat Selayar. Cara membuatnya yakni dengan menggarami ikan dan lalu dikeringkan di bawah terik sinar matahari. Konon awalanya kebiasaan masyarakat nelayan menggarami ikan dan menjemurnya, merupakan cara mengawetkan produk hasil laut ini, terutama jika hasil tangkapan melimpah. Kebiasaan ini berlangsung sebelum dikenalnya teknologi pengawetan dengan bahan jenis es batu atau balok.

Akan tetapi rupanya ikan kering asin bernama juku’ pila’ ini cukup diminati banyak orang karena aroma khasnya. Jenis ikan primadona yang paling banyak dimiati orang adalah Sunu. Ikan Sunu atau biasa disebut Karapu Sunu ini memiliki dua jenis menurut Bahasa Latin, yakni Plectropomus Leopardus dan P. Macalatus.

Bagaimana cara memperolehnya? Sangat gampang. Cukup berkunjung ke pasar Kebupaten Kepulauan Selayar atau membelinya secara langsung pada nelayan. Bahkan kini ikan kering khas Selayar ini dapat diperoleh dengan cara memesannya secara online ke para penjual. Harganya cukup terjangkau dan di pasar berkisar Rp 70 ribu hingga Rp 90 ribu.

Penasaran dengan kekhasan citarasa dan nikmatnya ikan kering asin asal Kabupaten Kepulauan Selayar ini? Ayo coba sekarang. Tapi ingat bahwa sangat tidak dianjurkan mengonsumsi ikan jenis ini bagi para penderita hipertensi (tekanan darah tinggi).

Continue Reading
Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Selayarnesia

Orang Selayar Tempo Doeloe Membuat Popcorn Sambil Nyanyi

Published

on

APAKAH anda adalah penyuka film-film bioskop dan sering nonton? Jika iya, pasti anda pernah mendengar atau mencicipi gurihnya Popcorn. Cemilan dari biji jagung ini yang belakangan populer di bioskop ini, ternyata sudah dikenal dan ada sejak abad XVI. Sejarah mencatat bahwa Popcorn telah diabadikan dalam diary Hernando Cortes (1485-1547), sang komando ekspedisi Kerajaan Spanyol dalam agresi penghancuran suku Aztec dan penguasaan Mexico abad XVI. Dalam diary itu disebutkan Popcorn adalah makanan Suku Aztec dan bahkan merupakan kelengkapan sebuah ritual persembahan kepada Dewa Air.

Masyarakat Kepulauan Selayar Provinsi Sulawesi Selatan menyebut cemilan dari biji Jagung ini dengan Bente atau Lappo. Meski belum diketahui kapan orang Selayar mulai mengenalnya, namun dipastikan cemilan ini telah berusia lama karena menjadi kelengkapan ritual di daerah ini.

Cara membuatnya secara tradisional yakni memasukkan biji jagung kering ke dalam sekam (atau ampas kayu setelah digergaji) yang dibakar dan tunggu sejenak hingga mengembang ditandai ledakan kecil. Biji Jagung (atau biasa juga padi) yang telah mengembang dalam Bahasa Selayar disebut bente dan ledakan kecil dinamakan lappo’. Mungkin dari sinilah alasan penamaannya, seperti halnya Popcorn dari kata pop sebagai tiruan dari bunyi ledakan kecil dalam proses pembuatannya dan corn adalah jagung.

Lalu apa sisi menarik dari pembuatan Popcorn ala Selayar bernama Bente itu? Rupanya orang Selayar tempo dulu membuat Bente sambil menyanyikan sebuah lagu pendek. Lagu ini bermuatan do’a atau pengharapan agar kualitas bente ini hasilnya bagus saat pembuatan.

SA (59 Tahun) salah seorang ibu rumah tangga di Kabupaten Kepulauan Selayar kepada Selayarnesia.com mengatakan dirinya meyakini keampuhan nyanyian ini untuk mengasilkan kualitas bente yang baik. Ia juga menuturkan bahwa dalam ritual Assurombasa dahulu (bahkan hingga kini, red), bente ini menjadi salah satu kelengkapannya.

Berikut ini adalah nyanyian saat seseorang atau kelompok membuat Bente atau A’bente, seperti dilantunkan SA:

Bente-bente barra’
Kombong kapasa
Mana’ rea
Janjang urammu
Pakonjo tongi bakka’mu
Sakopo-kopo

Nyanyian tersebut bermakna harapan agar biji Jagung yang dibakar mengembang seperti kapas dan beranak banyak seperti alang-alang. Juga berharap masing-masing biji jagung mengembang baik seperti lainnya.**

Continue Reading

Selayarnesia

17 Distrik di Wilayah Onderafdeling Selayar

Published

on

BERDASARKAN Surat Keputusan Let Governeur General Tanggal 16 Januari 1947 No. 2 dan 3 yang termuat Stb. 1947 No. 9 dan 10 yang berisi Swapraja baru di lingkungan Afdeling Makassar dan Afdeling Bonthain yang akan menggantikan pemerintahan tingkat Orderafdeling yang dipimpin oleh Controleur, maka Swarpraja baru di lingkungan Afdeling Bonthain adalah: (1) Bonthain dengan sebuah Hadat Bonthain, (2) Bulukumba dengan sebuah Hadat Bulukumba, (3) Sinjai dengan sebuah Hadat Sinjai, dan (4) Selayar dengan sebuah Hadat Selayar.

Onderafdeling (setingkat kecamatan) atau Swapraja baru di Selayar dikepalai oleh Muhammad Ali Karaeng Bonto. Adapun sebaran wilayahnya, terdiri atas 17 buah distrik (persekutuan Adat). Sebanyak 10 di antaranya berada di Selaya daratan dan 7 berada di Selayar kepulauan.

Adapun distrik yang dimaksud adalah (1) distrik Tanete dengan Pulau Pasi Tanete, (2) Distrik Batangmata, (3) Distrik Onto, (4) Distrik Boke, (5) Distrik Bonea, (6) Distrik Bonea, (7) Distrik Bontobangun dengan pulau Pasi, (8) Distrik Ballabulo, (9) Distrik Laijo dengan pulau Malimbu dan Guang, (10) Distrik Barang-Barang, (11) Distrik Tambolongan, Polassi, Bahuluang, (12) Distrik Kayuadi terdiri dari Pulau Kayuadi, Pulau Kayu Padjang, Pulau Kaona, Pulau Tanamalala, Pulau Bembe, (14) Distrik Kalao, (15) Distrik Bonerate terdiri dari Pulau Bonerate, Pulau Ternate, Pulau Tunisan, (16) Distrik Rajuni, (17) Kalaotowa yang terdiri dari Pulau Kalaotowa, Pulau Karampa, Pulau Jadi dan Pulau Madu.

[Sumber artikel dan gambar: Buku Nusa Selayar]

Continue Reading

Selayarnesia

Ternyata Kue Sengkang Dahulu Adalah Penganan Untuk Keluarga Istana di Selayar

Published

on

KUE SENGKANG adalah kue atau penganan khas Selayar berbentuk menyerupai Candi Borobudur, dengan isi kenari atau kacang tanah bercampur gula merah. Dari bentuknya inilah sehingga orang juga sering menyebutnya kue Borobudur.

Menurut cerita rakyat jenis kue khas Selayar ini pada zaman kerajaan terbilang elit karena hanya kalangan keluarga atau kerabat penguasa yang dapat mencicipinya. Namun saat ini bisa dikonsumsi secara bebas terutama telah jadi kue lebaran dan bahkan telah dijual di pasar. Jika anda ingin mencicipi silahkan membelinya di pasar Kabupaten Kepulauan Selayar atau di warung-warung terdekat. Bahkan bagi anda yang menumpang kapal Fery ke atau dari Selayar, dapat memperolehnya di pelabuhan Pamatata.

Lalu mengapa di kue berbentuk Candi Borobudur ini dinamakan kue Sengkang? Panasaran, kan?. Daeng HB (55 tahun), seorang ibu rumah tangga pembuat sekaligus penjual kue Sengkang keliling di pasar-pasar tradisional Selayar, kepada Selayarnesia.com menceritakan secara singkat. Dahulu menurut dia, proses membentuk kue Sengkang menyerupai Candi Borobudur, dilakukan melalui alat serupa pingset dan membutuhkan waktu untuk membentuknya. Alat pingset ini dalam Bahasa Selayar dinamakan Sengkang (biasa juga digunakan mencabut rambut putih/uban). Kemungkinan inilah alasan menamakannya kue Sengkang. Namun dalam perkembangannya telah diciptakan alat cetakan terbuat dari bahan kayu, sehingga memudahkan membuat kue ini serta cepat.

Cara membuat kue Sengkang ini sangat mudah yakni pertama-tama bahan yang disiapkan adalah tepung beras, gula pasir, mentega, dan vanily. Selain itu, pastikan bahwa telah tersedia kenari atau kacang yang telah dicampur gula merah.

Cara membuatnya: masukkan telur dan gula pasir ke dalam wadah lalu kocong hingga mengembang. Setelah itu masukkan mentega, tepung beras, terigu, dan vanili kemudian aduk hingga merata.
Isi adonan dengan kenari atau kacang tanah yang telah dicampur gula aren tadi dan setelah itu masukkan ke dalam cetakan.

Setelah dilakukan berulang-ulang dan telah menghasilkan beberapa buah calon kue, maka segeralah memanggangnya sekira 5 menit lamanya. Keluarkan sejenak lalu olesi dengan kuning telur di permukaannya kemudian panggang kembali sekitar 1 menit lebih. Selanjutnya, keluarkan dan jadilah kue Sengkang atau kue Borobudur.

Continue Reading

Trending